Sebagai satu dari empat keterampilan berbahasa, menyimak merupakan kemampuan yang memungkinkan seorang pengguna bahasa memahami bahasa yang digunakannya secara lisan.
A. Konsep Dasar Tes Keterampilan Menyimak
Sebagai satu dari empat keterampilan berbahasa, menyimak merupakan kemampuan yang memungkinkan seorang pengguna bahasa memahami bahasa yang digunakannya secara lisan. Berdasarkan realitas yang ada, banyaknya komunikasi yang dilakukan secara lisan, keterampilan ini sangat penting dimiliki oleh setiap pengguna bahasa. Tanpa kemampuan menyimak yang baik, para pengguna bahasa akan menemui banyak kesalahpahaman dalam komunikasi antara lawan tuturnya yang dapat menyebabkan berbagai hambatan dalam kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan menyimak merupakan bagian yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa, khususnya pada program BIPA, terutama bila tujuan penyelenggaraannya adalah penguasaan keterampilan berbahasa yang lengkap. Dalam pengajaran bahasa semacam itu, perkembangan dan tingkat penguasaan keterampilan menyimak perlu dipantau dan diukur melalui penyelenggaraan tes menyimak.
Dibandingkan dengan kemampuan berbicara atau menulis yang aktif produktif, kemampuan menyimak merupakan kemampuan yang pasif-reseptif seperti halnya kemampuan memahami bacaan. Tentu saja, hal itu tidak berarti bahwa dalam menyimak seseorang sepenuhnya pasif tanpa mengalami proses yang aktif. Djiwandono (1996) mengungkapkan bahwa menyimak pada dasarnya bersifat pasif-reseptif dalam arti bahwa inisiatif untuk berkomunikasi tidak pertama-tama berasal dari dirinya, melainkan dari orang lain. Sikap dan tindakan yang diharapkan dari seorang pendengar yang diajak berkomunikasi adalah mendengarkan dan memahami ucapan orang lain, itulah yang membuat kegiatan menyimak sebagai pertama-tama bersifat pasif reseptif.
Heaton (1988) menyatakan bahwa pada umumnya, otak manusia memiliki keterbatasan kapasitas dalam meresepsi informasi dan tidak banyak bentuk yang dibangun dalam bahasa, hal tersebut tidaklah mungkin untuk menangkap informasi dalam waktu singkat seperti saat berbicara secara wajar. Beberapa bentuk dalam percakapan seperti pengulangan, adanya keragu-raguan, dan pengulangan pada tata bahasa merupakan contoh dari tipe redudansi, yang sangat mendasar bagi pemahaman pesan dari pembicara.
Pemahaman bahasa lisan secara luas dapat meliputi semua bentuk dan jenis ungkapan lisan, mulai dari bunyi bahasa, fonem, suku kata, kata-kata lepas, frasa, kalimat dan wacana yang lebih utuh dan lengkap. Meskipun demikian, tidak semua bentuk dan jenis ungkapan lisan itu memiliki dan terkait makna, baik makna yang bersifat harfiah, gramatikal, maupun kontekstual. Makna serupa itu hanya terkait dengan kata-kata lepas, frasa, kalimat, dan wacana yang lebih besar, dan tidak dengan bunyi bahasa, fonem, dan bahkan suku kata. Sementara itu makna kata-kata lepas merupakan bagian dari komponen kosakata. Oleh karena itu, paparan tes menyimak ini meliputi bentuk-bentuk yang lebih besar daripada kata-kata lepas yaitu frasa, kalimat, dan wacana yang lebih lengkap dan panjang.
B. Tingkatan Tes Keterampilan Menyimak
Berdasarkan perkembangannya, tes menyimak dapat disesuaikan dengan beberapa tingkatan, yaitu (1) tes menyimak tingkat marginal atau deskriptif, (2) tes menyimak tingkat apresiatif, (3) tes menyimak tingkat komprehensif, (4) tes menyimak tingkat kritis, dan (5) tes menyimak tingkat terapis (Djiwandono, 1966).
Tes menyimak tingkat marginal bertujuan untuk mengetahui tingkat kepekaan pemelajar dalam membedakan suara dan untuk mengembangkan kepekaan pada komunikasi nonverbal. Tes menyimak apresiatif bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan pemelajar dalam menangkap dan memahami bahan simakan yang berhubungan dengan perasaan dan emosi sehingga dalam pelaksanaannya, pemelajar diberi bahan simakan yang bersifat menyenangkan, misalnya: drama, puisi, lagu, cerita dan sebagainya. Tes menyimak komprehensif bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman pemelajar terhadap pesan yang disimak. Tes menyimak kritis bertujuan untuk mengetahui pemahaman pebelajar terhadap bahan simakan yang dilanjutkan dengan memberi evaluasi, sedangkan tes menyimak terapis bertujuan untuk menyembuhkan seseorang, yang biasa dilakukan oleh seorang psikolog. Berdasarkan pembagian tersebut, pemberian tes menyimak untuk pemelajar BIPA tingkat pemula adalah tes menyimak tingkat marginal atau deskriptif.
C. Prinsip Penyusunan Tes Keterampilan Menyimak
Seperti yang kita ketahui pada penjelasan sebelumnya, menyimak merupakan kemampuan yang memungkinkan seorang pengguna bahasa memahami bahasa yang digunakannya secara lisan. Prinsip penyusunan tes menyimak didasarkan atas prosedur yang diadopsi dari Djiwandono (1996) bahwa tes menyimak diselenggarakan dengan memperdengarkan wacana lisan sebagai bahan tes. Wacana itu dapat diperdengarkan secara langsung oleh seorang penutur, sedapat mungkin penutur jati yang merupakan sasaran tes atau sekadar melalui rekaman.
D. Model Soal Tes Keterampilan Menyimak
Di bawah ini terdapat beberapa contoh tes atau model soal keterampilan menyimak bagi siswa BIPA jenjang pemula yang diadopsi dari APBIPA Bali pada tahun 2009. Dalam praktiknya, pembuatan tes keterampilan menyimak, dibuat dalam program Cartoon Story Maker versi 1.0.
1. Tes dengan Tujuan Memberikan Informasi
Tes menyimak kalimat sederhana yang berisi kata bilangan dipadukan dengan permainan tradisional. Pengenalan angka bilangan dalam kalimat sederhana diajarkan pada level pemula dan diajarkan dalam bentuk permainan sehingga siswa tidak bosan.
Perintah Tes Menyimak:
Dengarkanlah baik-baik dan buat garis yang menghubungkan gambar satu dengan gambar lainnya berdasarkan cerita yang didengar. Kemudian, tulis kata bilangan untuk jumlah jarak dan jumlah waktu pada garis penghubung tersebut. (Anda tinggal di Kartapura Barat dan Anda bekerja pada pasar swalayan, kira-kira 10 km dari rumah Anda. Jika Anda menumpang kereta api, Anda akan perlu waktu 40 menit untuk sampai di tempat kerja).
Pertanyaan:
- Berapa jarak antara rumah Anda dengan pasar swalayan?
- Berapa waktu yang Anda perlukan untuk sampai di tempat kerja dengan kereta api?
Jawab:
Sepuluh kilometer (10 km) dan empat puluh menit (40 menit).
2. Tes dengan Tujuan Menemukan Informasi
Tes menyimak kalimat sederhana yang berisi kata kerja dan kata sifat dipadu dengan gambar. Bentuk tes ini masih tergolong mudah dan diperuntukkan bagi siswa BIPA Tingkat Pemula. Hal tersebut didasarkan atas bentuk kata kerja pada kalimat sederhana yang masih menggunakan bentuk imbuhan atau awalan ber-. Berikut merupakan contohnya:
Perintah Tes Menyimak:
Dengarkanlah dan buat catatan tentang hal-hal yang tidak sesuai dengan gambar.
(gambar seorang laki-laki bersepeda yang berlawanan ciri-cirinya dengan teks yang disimak). (Teks yang disimak: ”Dicari seorang laki-laki berumur 45 tahun. Dia berambut pendek, bertopi hitam, dan bercelana panjang. Badannya gemuk, pendek, dan bertato. Dia suka berbaju lengan panjang, bersepatu kulit, dan bersepeda”)
3. Tes dengan Tujuan Menyusun Informasi
Tes dengan tujuan menyusun informasi berisi wacana sederhana. Pada kamus linguistik dijelaskan bahwa aposisi merupakan kata atau frasa yang menjelaskan frasa atau klausa lain yang mendahuluinya (terdapat dalam frasa modifikatif) (Kridalaksana, 2008). Jadi frasa modifikatif dalam hal ini bersinggungan dengan modifikator (modifier, qualifier), suatu unsur yang membatasi, memperluas, atau menyifatkan suatu induk dalam frasa; dalam frasa nominal berupa adjektiva, frasa adjektival, preposisi, frasa preposisional, atau klausa terikat; dalam frasa verbal berupa adverbia atau frasa adverbial; misalnya, yang sedang berdiri mengenakan celana panjang bergaris-garis. Bentuk ini diperuntukkan bagi siswa BIPA Tingkat Pemula Akhir atau yang akan menuju ke Tingkat Madya karena sudah dikenalkan bentuk kalimat kompleks (kalimat majemuk bertingkat pengganti subjek atau bentuk aposisi).
Perintah Tes Menyimak:
- Siapa dia? Perhatikan gambar di atas ini. Dengarkan dan tentukan mana orangnya. Beri nomor urut yang benar.
- Buat deskripsi untuk orang-orang yang belum diberi nomor. Bacakan di depan kelas. (gambar pengunjung-pengunjung di sebuah supermarket).
(Teks yang disimak: ”Saudara-saudara, para pendengar Radio Kasa Belanja di mana pun Anda berada. Kami laporkan dari lantai dasar supermarket ini, supermarket terbesar di kota ini. Kami melihat begitu banyak orang yang lalu-lalang di sini dengan pakaian bermacam-macam. Nun jauh di sana ada seorang laki-laki yang sedang berdiri mengenakan celana panjang bergaris-garis. Sementara itu, di meja konter, Saudara, tampak seorang sedang berdiri di samping bayinya yang ada di kereta.”)
D. Daftar Referensi
- Djiwandono, M. Soenardi. (1996). Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB.
- Endraswara, Suwardi. (2005). Metode dan Teori Pengajaran Sastra Berwawasan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Buana Pustaka.
- Heaton, J.B. (1988). Writing English Language Tests. New Edition. New York: Longman.
- Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement; Competencies for Analysis and Application Second Edition. New York: Macmillan Publishing Company.
- Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia
- Liliweri, Alo. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LKIS.
- Linn, Robert L. and Norman E. Gronlund. (1995). Measurement and Assessment in Teaching. New Jersey: Prentice-Hall.Inc.
- Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.