Komponen medan makna atau komponen semantik mengajarkan bahwa setiap kata atau elemen leksikal terdiri dari satu atau lebih elemen yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna elemen leksikal. Analisis ini mengasumsikan bahwa setiap elemen leksikal memiliki atau tidak memiliki karakteristik yang membedakannya dari elemen lainnya.
A. Konsep Komponen Medan Makna
Komponen medan makna atau komponen semantik (fitur semantik, atribut semantik, atau tanda semantik) mengajarkan bahwa setiap kata atau elemen leksikal terdiri dari satu atau lebih elemen yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna elemen leksikal. Analisis ini mengasumsikan bahwa setiap elemen leksikal memiliki atau tidak memiliki karakteristik yang membedakannya dari elemen lainnya. Sedangkan Palmer menyatakan bahwa komponen medan makna adalah kata yang memiliki makna keseluruhan, yang tersusun dari banyak unsur. Satu elemen memiliki karakteristik yang berbeda dari yang lain.
Analisis semacam itu bukanlah hal baru. R. Jacobson dan Morris Halle menggunakan metode analisis ini dalam laporan penelitian mereka tentang bunyi ujaran “Preliminaries to Speech Analysis: The Distinctive Features and their Correlates“. Dalam laporan tersebut, mereka menggambarkan suara bahasa dengan menyebutkan ciri-ciri pembeda antara suara yang satu dengan yang lainnya. Bunyi yang berciri diberi tanda plus (+), sedangkan bunyi yang tidak berciri diberi tanda minus (-). Konsep analisis dua per dua biasanya disebut analisis biner oleh para ahli, dan kemudian juga digunakan untuk membedakan arti satu kata dengan kata lainnya. Komponen medan makna kata dapat dianalisis dengan mendeskripsikan komponen medan makna sebagai komponen terkecil.
Komponen medan makna juga dapat diartikan sebagai setiap kata yang tersusun dari beberapa komponen, yang merupakan keseluruhan makna kata tersebut. Komponen-komponen makna tersebut dapat dianalisis, dirinci, atau disebutkan satu per satu sesuai dengan “pemahamannya”. Misalnya, istilah ayah memiliki arti /+insan/, /+dewasa/, /+jantan/, /+kawin/, dan /+memiliki anak. Perbedaan makna antara kedua kata ayah dan ibu hanya terletak pada makna atau komponen maknanya; ayah berarti maskulinitas, sedangkan ibu tidak memiliki istilah maskulinitas.
Konsep analisis dua per dua pakar (sering disebut analisis biner) juga digunakan untuk membedakan arti suatu kata. Melalui analisis biner ini, kita juga dapat mengklasifikasikan kata atau elemen kosakata menurut bidang makna. Mengenai analisis biner, ada tiga hal yang perlu dijelaskan. Pertama, ada pasangan kata, salah satunya lebih netral atau umum, dan yang lainnya lebih spesifik. Misalnya, kata-kata untuk siswa dan siswi. Kata siswa lebih umum dan netral karena dapat mencakup laki-laki dan perempuan. Di sisi lain, istilah siswi lebih spesifik karena hanya mengacu pada perempuan. Kedua, beberapa kata atau elemen leksikal sulit ditemukan padanannya, karena mungkin tidak ada, tetapi beberapa memiliki lebih dari satu pasangan. Contoh sulit dicari pasangannya adalah kata-kata yang berhubungan dengan nama warna. Contoh kedua adalah contoh lebih dari satu pasangan, yaitu contoh berbaring. Kata berbaring dapat digunakan tidak hanya dengan kata tidur, tetapi juga dengan kata-kata duduk, jongkok, dan rebahan. Ketiga, kita sering mengalami kesulitan untuk mengorganisasikan fitur semantik secara bertahap, mana yang lebih umum dan mana yang lebih spesifik. Misalnya, karakteristik pria dan orang dewasa, yang lebih umum antara pria dan orang dewasa. Bisa laki-laki, tetapi bisa juga dewasa, karena kita tidak punya alasan untuk mengatakan bahwa karakteristik laki-laki lebih umum daripada orang dewasa, dan sebaliknya, karena satu karakteristik tidak berarti yang lain.
B. Analisis Komponen Medan Makna
Komponen medan makna atau komponen semantik (fitur semantik, atribut semantik, atau tanda semantik) mengajarkan bahwa setiap kata atau elemen leksikal terdiri dari satu atau lebih elemen yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna elemen leksikal. Analisis ini mengasumsikan bahwa setiap elemen leksikal memiliki atau tidak memiliki karakteristik yang membedakannya dari elemen lainnya. Mengenai analisis komponen medan makna, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu (1) hubungan antara perbedaan makna dan komponen medan makna, (2) langkah-langkah analisis komponen medan makna, (3) hambatan dalam analisis komponen medan makna, dan (4) program analisis komponen medan makna. Oleh sebab itu, berikut penjelasan dari masing-masing analisis tersebut.
1. Perbedaan Makna dan Hubungan antar Komponen Medan Makna
Untuk dapat menganalisis komponen medan makna, orang perlu mengetahui hubungan makna yang ada dalam kata-kata. Misalnya, dua kata melompat dan meloncat-loncat memiliki arti yang berbeda, sehingga perlu untuk membedakan komponennya. Jika dibandingkan kata melompat dengan kata melihat, sebenarnya kedua kata tersebut tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Komponen medan makna diperlukan untuk menemukan kedekatan, kesamaan, dan ketidaksamaan makna suatu kata. Singkatnya, perbedaan makna akan terjadi karena dua sebab, yaitu: (a) bentuk yang berbeda memiliki arti yang berbeda, dan (b) perubahan bentuk akan menghasilkan hubungan yang bermakna.
2. Langkah-Langkah Analisis Komponen Medan Makna
Langkah-langkah tertentu diperlukan untuk menganalisis komponen yang bermakna. Nida menyebutkan ada enam langkah yang dilakukan untuk menganalisis komponen medan makna. Adapun langkah-langkah tersebut, yaitu:
- Sementara memilih makna yang dihasilkan oleh banyak komponen umum, dan makna makna yang dipilih masih dalam makna itu. Misalnya, dalam standar marah terdapat morfem seperti mendengkur, mendengus, mengumpat.
- Buat daftar semua karakteristik spesifik dari referensi. Misalnya, untuk kata ayah, ada ciri khusus antara [insan], [laki-laki], [kawin], dan [anak].
- Mengidentifikasi komponen yang dapat digunakan untuk kata lain. Misalnya, fitur perempuan dapat digunakan untuk ibu, kakak perempuan, adik perempuan, bibi, dan nenek.
- Mengidentifikasi komponen diagnostik yang dapat digunakan untuk setiap kata. Misalnya, untuk kata ayah, ada komponen diagnostik maskulinitas.
- Periksa data yang dieksekusi pada langkah pertama.
- Menjelaskan komponen diagnostik, misalnya dalam bentuk matriks.
3. Hambatan Analisis Komponen Medan Makna
Seperti yang kita ketahui, untuk dapat menganalisis komponen medan makna, orang perlu mengetahui hubungan makna yang ada dalam kata-kata. Komponen medan makna diperlukan untuk menemukan kedekatan, kesamaan, dan ketidaksamaan makna suatu kata. Pateda menyatakan bahwa ada beberapa kesulitan atau hambatan dalam menganalisis komponen-komponen medan makna. Adapun kesulitan-kesulitan tersebut, yaitu:
- Tidak ada unsur supersegmen setelah lambang itu didengar atau dibaca, dan tidak ada unsur bahasa tambahan.
- Setiap kata atau morfem memiliki arti yang berbeda untuk setiap pokok bahasan. Kata-kata seperti itu disebut istilah. Misalnya, istilah kompetensi ada dalam bidang linguistik, psikologi, dan pendidikan. Meskipun terminologi dalam bidang yang sama, harus ada perbedaan berdasarkan subjek.
- Setiap kata atau morfem memiliki penggunaan yang berbeda.
- Posisi kata abstrak sulit untuk dijelaskan. Contoh: kebebasan, sistem.
- Leksikal yang ada dan fungsional sulit dideskripsikan. Contoh: ini, itu, dan.
- Leksem umum sulit untuk dijelaskan. Contoh: hewan, burung, ikan, manusia.
Abdul Chaer menambahkan bahwa dari pengamatan data unsur leksikal, ada tiga hal yang perlu dijelaskan tentang analisis komponen medan makna.
- Ada pasangan kata, yang satu lebih netral atau umum, dan yang lain lebih spesifik. Misalnya, kata-kata untuk siswa dan siswi. Kata siswa lebih bersifat umum dan netral karena dapat mencakup laki-laki dan perempuan, sedangkan kata siswi lebih spesifik karena hanya mengacu pada perempuan. Elemen leksikal umum (kata-kata) disebut anggota tidak bertanda dari pasangan.
- Beberapa kata atau unsur kosakata sulit dicari pasangannya karena mungkin tidak ada, tetapi ada juga yang memiliki pasangan lebih dari satu. Contoh sulit mencari pasangan antara lain kata-kata yang berhubungan dengan warna.
- Biasanya kita kesulitan untuk menyusun fitur semantik secara bertahap, mana yang lebih umum dan mana yang lebih spesifik. Misalnya, karakteristik [pria] dan [dewasa] mana yang lebih umum. Keduanya dapat ditempatkan sebagai elemen yang lebih tinggi dalam grafik yang berbeda. Fitur semantik ini disebut fitur klasifikasi silang.
4. Program Analisis Komponen Medan Makna
Berbagai prosedur dapat digunakan untuk menganalisis makna, khususnya komponen medan makna. Nida menyebutkan ada empat teknik yang digunakan untuk menganalisis komponen makna, yaitu (1) penamaan, (2) interpretasi, (3) klasifikasi, dan (4) definisi. Oleh sebab itu, berikut merupakan penjelasan dari keempat cara analisis komponen medan makna tersebut.
- Penamaan. Proses penamaan terkait dengan referensi. Penamaannya yaitu konvensional dan arbitrer. Konvensi didasarkan pada kebiasaan orang-orang yang menggunakannya, dan arbitrase didasarkan pada keinginan masyarakat. Misalnya, istilah rumah mengacu pada benda yang memiliki atap, dinding, pintu, dan jendela, dan biasanya digunakan manusia untuk beristirahat. Ada beberapa cara dalam proses penamaan, antara lain: (1) menirukan bunyi, (2) merujuk pada bagian, (3) merujuk pada ciri khas, (4) merujuk pada seruan, (5) merujuk pada tempat asal, ( 6) mengacu pada bahan, (7) mengacu pada kesamaan, (8) mengacu pada pemendekan, (9) mengacu pada penemuan baru, dan (10) mengacu pada istilah.
- Interpretasi.
- Klasifikasi. Klasifikasi adalah metode pemberian makna pada suatu kata dengan mengasosiasikannya dengan kata lain.
- Definisi. Definisi adalah proses memberi makna pada suatu kata dengan menyampaikan seperangkat ciri suatu kata sesuai dengan konteksnya.
D. Daftar Referensi
- Aminuddin. (2008). Semantik: Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Sinar Baru.
- Alwi, Hasan. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
- Chaer, Abdul. (2009). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
- Pateda, Mansoer. (2001). Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
- Sudaryat, Yayat. (2009). Makna dalam Wacana: Prinsip-Prinsip Semantik dan Pragmatik. Bandung: Yrama Widya.