Redudansi Makna dalam Semantik

Redudansi Makna dalam Semantik - Languafie

Redundansi selalu diartikan sebagai sesuatu yang berlebihan, dengan menggunakan unsur-unsur tersegmentasi berupa ucapan. Kalimat kedua dianggap mubazir, dan tidak perlu karena memboroskan makna. Oleh sebab itu, berikut ini akan diuraikan mengenai konsep dasar redudansi beserta jenis-jenisnya.

A. Konsep Redudansi Makna

Istilah redundansi (dari redundancy, dalam bahasa Inggris; dan redundant kata sifat) sering digunakan dalam linguistik modern untuk menunjukkan bahwa dari sudut pandang semantik, komponen dalam kalimat tidak diperlukan. Selain itu, istilah ini sering diartikan sebagai “penggunaan elemen tersegmentasi secara berlebihan dalam beberapa bentuk ucapan.” Tidak ada masalah redundansi dalam semantik, karena salah satu prinsip semantik adalah jika bentuknya berbeda maka maknanya juga berbeda. 

Misalnya, makna kalimat bola ditendang oleh si Udin berbeda dengan kalimat si Udin menendang bola. Penggunaan kata oleh pada kalimat kedua akan lebih menekankan makna pelaku (agentif) daripada kalimat kedua tanpa kata. Oleh karena itu, kedua kalimat ini memiliki arti yang berbeda, tetapi mengandung informasi yang sama. Dalam hal ini yang terpenting adalah prinsip penyajiannya, yaitu informasi tidak dapat disamakan dengan makna. Makna adalah fenomena dalam ujaran (wacana, fenomena internal), dan informasi adalah sesuatu di luar ujaran (wacana-eksternal). Ini adalah fenomena sehari-hari serta fenomena sehari-hari. Apalagi jika bentuknya berbeda, maka maknanya juga harus dianggap berbeda.

Redundansi sebenarnya lebih mudah untuk menentukan makna terdekat yang ingin disampaikan penulis. Hal ini karena ada acuan yang jelas untuk dituju dalam kalimat tersebut. Redundansinya berguna karena menghilangkan kebutuhan pembicara untuk memeriksa dengan sangat hati-hati untuk memastikan bahwa hanya ada satu elemen referensi yang mungkin, yaitu matematika. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa redundansi kata adalah penggunaan elemen segmen yang berlebihan dalam sebuah kata atau kalimat. Jika unsur-unsur tersebut dihilangkan, maka kelengkapan makna yang terkandung dalam kalimat tersebut tidak akan dihilangkan.

B. Jenis-Jenis Redudansi

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, redundansi adalah kata atau kalimat yang berlebihan-lebihan dalam pemakaiannya. Redundansi memiliki beberapa bentuk atau jenis. Adapun jenis-jenis tersebut, yaitu (1) redundansi frasa, (2) redundansi klausa, dan (3) redundasi kalimat. Di bawah ini, akan dijelaskan lebih lanjut mengenai jenis-jenis redundansi yang bersangkutan.

1. Redundansi Frasa

Frasa adalah gabungan dari kata-kata bukan predikat. Dengan kata lain, sebuah frasa hanya berisi satu fungsi, hanya dapat berisi satu subjek, dapat juga hanya berisi satu kata kerja, atau dapat dimulai dengan preposisi. Sebagai gabungan dua kata, frasa menempati fungsi pada suatu tingkatan, tidak melakukan predikat, dan tidak menghasilkan makna baru, serta menjadi salah satu bentuk yang mengalami redundansi. Bentuk frasa akan diklasifikasikan menurut bentuk dan jenis part of speech, seperti yang dijelaskan di bawah ini.

  • Redundansi frasa verba. Frasa verba yang mengalami redundansi berupa gabungan dua kata yang berupa kategori verba. Karakter pembentukan frasa verba memiliki arti yang sama atau salah satu kata penyusunnya mewakili arti kata yang sama atau salah satu kata penyusunnya mewakili arti lain. Adapun contohnya adalah pada kalimat sembahyang salat (bahasa Sasak Desa Jeringo, yang berarti salat).
  • Redundansi frasa nomina. Frasa nomina adalah kombinasi dari dua kata benda yang sebenarnya memiliki arti yang sama, atau satu kata yang membentuk frasa tersebut mewakili arti kata lain. Hal tersebut dapat dilihat pada kalimat tuan haji juki (bahasa Sasak Desa Jeringo, yang berarti haji juki).
  • Redundansi frasa adjektiva. Seperti dua jenis frasa di atas, frasa adjektiva terdiri dari dua kata yang memiliki kategori kata sifat atau kata-kata yang membentuk frasa yang membentuk kata lain. Contoh dari frasa adjektiva yang mengandung redundansi dalam dilihat pada kalimat bais mambu  (bahasa Sasak Desa Jeringo, yang berarti bau).
  • Redundansi frasa gabungan. Frasa gabungan merupakan frasa yang terdiri dari frasa verba, nomina, dan adjektiva. Adapun contoh redundansi dari frasa adjektiva dapat dilihat pada kalimat gula manis, es nyet, pedis bagek (bahasa Sasak Desa Jeringo, yang berarti gula manis, es dingin, asam-asam).

2. Redundansi Klausa

Selain gabungan dua kata atau lebih, terdapat klausa dan kalimat. Pertama, pola klausa digunakan sebagai tataran yang lebih kompleks untuk menjelaskan bentuk klausa. Beberapa klausa ditemukan dalam bahasa Sasak di desa Jeringo. Berikut ini adalah contoh klausa dalam bentuk redundan. Bentuk klausa tersebut terdiri atas subjek dan predikat. Umumnya subjek klausa tersebut ditempati oleh pronomina kedua yang berupa klitika ‘mu’ bentuk klausa akan lebih tepat apabila pronomina ‘dik’ atau ‘kamu’. Contohnya pada klausa ‘kebelekde dik‘, yang mempunyai pelafalan [kəbəlekde dik], dengan penekanan ‘besarmu kamu’, dan penafsiran ‘kamu besar’.

3. Redundansi Kalimat

Kalimat adalah level paling kompleks dalam diskusi ini. Kalimat yang mengalami redundansi akan dijelaskan di bawah ini. Pada umumnya, bentuk kalimat tersebut diduduki oleh klitika ‘mu‟ dan pronomina kedua yang berupa ‘kamu’ atau ‘dik’. Hal tersebut menandai bahwa adanya redundansi pada kalimat tersebut yang dianggap tidak efektif karena memperlihatkan pemborosan penggunaan kata. contohnya pada klausa ‘‘mbe balende dik?’, yang mempunyai pelafalan [mbe balend dik?], dengan penekanan ‘‘mana rumahmu kamu’, dan penafsiran ‘mana rumahmu’.

C. Daftar Referensi

  • Chaer, A. (1989). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Levinson, C. Stephen. (1983). Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Hofmann, Th. R. (1993). Realms of Meaning: An Introduction to Semantics. New York: Longman Publishing.
  • Lestari, M. (2017). REDUNDANSI DALAM BAHASA SASAK DESA JERINGO  KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT (Doctoral     dissertation, Universitas Mataram).
  • Verhaar, J. W. M. (1999). Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM Press.

D. Unduh (Download) Resume Redudansi Makna dalam Semantik

PDF
Redudansi Makna dalam Semantik.pdf
Download

Leave a Comment