Bertutur adalah kegiatan mengucapkan kalimat-kalimat yang bermakna untuk memenuhi tindakan sosial tertentu, seperti berjanji, memberi nasihat, meminta sesuatu, dan lain-lain. Ada dua jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Berdasarkan struktur kalimatnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (kalimat deklaratif), kalimat tanya (kalimat interogatif), dan kalimat perintah (kalimat imperatif). Dengan konvensi, kalimat berita digunakan untuk memberi (informasi), kalimat interogatif digunakan untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat imperatif digunakan untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan.
A. Latar Belakang Strategi Bertutur Trosborg
Strategi bertutur berkaitan dengan tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk menyebabkan penutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan tersebut. Tindak tutur direktif meliputi tindak tutur menyuruh, memohon, menyarankan, mengimbau, dan menasihati. Tindak tutur direktif merupakan salah satu tindak tutur yang dapat mengancam wajah pelaku tutur. Jika penutur tidak menuruti suruhan atau perintahnya, maka wajah atau citra diri penutur akan berkurang. Di sisi lain, wajah atau karakter penerima dapat terancam karena perintah atau permintaan kepada penerima akan membebani penerima, mengintimidasi penerima, atau melecehkan penerima.
Chaer (2010) menjelaskan beberapa faktor kegagalan komunikasi pembicara-ke-pembicara, yaitu kurangnya pengetahuan tentang diskusi, tidak dalam keadaan sadar, ketidaktertarikan pada topik yang dibicarakan, ketidakpuasan dengan cara pembicara mengungkapkan informasi. Singkatnya, agar tuturan yang baik terjadi dan mencapai tujuan pidato, perlu menggunakan strategi bertutur yang tepat. Menggunakan strategi tutur yang tepat, salah satunya agar penutur dan mitra tutur memiliki pengetahuan yang sama tentang apa yang dibicarakan dan memahami maksud penutur untuk mencapai tujuan komunikatif yang dimaksud.
Lakof (Chaer, 2010: 46) menjelaskan bahwa setiap penutur diminta untuk menghindari ungkapan-ungkapan yang tidak menyenangkan bagi lawan bicaranya. Untuk itu, penutur harus menggunakan strategi tutur yang tepat agar tidak menghadapi ancaman penggunaan bahasa yang tidak tepat. Lebih lanjut Pranowo (Chaer, 2010: 62) menjelaskan bahwa ciri-ciri penanda kesantunan linguistik tercermin dalam pilihan penggunaan kata-kata tertentu sebagai apa yang dikatakan seseorang.
Strategi bertutur adalah cara seorang pembicara memilih untuk berbicara setelah mempertimbangkan berbagai faktor situasi berbicara. Menurut Anna Trosborg (dalam Sabiah, Heriyanto dan Mahdi (2013) strategi tindak tutur dibagi menjadi empat kategori, yaitu kategori (I) tindak memohon dengan strategi isyarat, kategori (II) tindak memohon tidak langsung secara konvensional, kategori (III) tindak memohon tidak langsung dengan syarat orientasi, dan kategori (IV) tindak memohon langsung dengan strategi menyatakan kewajiban. Oleh sebab itu, pada pembahasan ini akan dikaji bagaimana empat kategori dalam strategi bertutur menurut Anna Trosborg beserta contohnya dalam setiap kategorinya.
B. Strategi Bertutur Trosborg dan Contohnya
Pada pembahasan sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa strategi bertutur adalah cara seorang pembicara memilih untuk berbicara setelah mempertimbangkan berbagai faktor situasi berbicara. Menurut Anna Trosborg, strategi tindak tutur atau bertutur dibagi menjadi empat kategori, yaitu kategori (I) tindak memohon tidak langsung dengan strategi isyarat, kategori (II) tindak memohon tidak langsung secara konvensional, kategori (III) tindak memohon tidak langsung dengan syarat orientasi, dan kategori (IV) tindak memohon langsung dengan strategi menyatakan kewajiban. Untuk itu, berikut merupakan pembahasan dari keempat strategi bertutur tersebut.
1. Tindak Memohon Tidak Langsung dengan Strategi Isyarat
Kategori I adalah tindakan tidak langsung memohon dengan strategi isyarat atau sinyal, baik lemah maupun kuat. Dapat dipahami bahwa strategi isyarat ditandai dengan adanya isyarat dari penutur dengan cara mengungkapkan suatu fakta atau sebuah isyarat. Adapun contohnya, yaitu:
Strategi 1 – Hints
I have to be at the airport in half an hour. (sedang)
Aku harus berada di bandara dalam setengah jam.
My car has broken down. Will you be using your car tonight? (kuat)
Mobil saya mogok. Apakah Anda akan menggunakan mobil Anda malam ini?
2. Tindak Memohon Tidak Langsung secara Konvensional
Kategori II merupakan tindakan tidak langsung memohon secara konvensional dengan syarat berorientasi kepada pendengar dengan menggunakan strategi meminta kemampuan, keinginan, dan izin. Hal ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan strategi menyatakan rumusan saran, yang ditandai dengan kemampuan (ability), kemauan (willingness), dan izin (permission).
Dapat dipahami bahwa strategi kemampuan, kemauan dan kebolehan dilakukan sesuai dengan waktu, tempat dan tindakan penutur dengan menaksir suatu kemampuan, kemauan dan kemampuan. Selain itu, dapat dipahami bahwa strategi formula sugesti digunakan ketika pembicara ingin mengetahui seberapa sensitif lawan bicara dalam suatu kondisi. Adapun contohnya, yaitu:
Strategi 2 – Ability, Willingness, Permission
Could you lend me your car? (ability)
Bisakah Anda meminjamkan saya mobil Anda?
Would you lend me your car? (willingness)
Maukah Anda meminjamkan saya mobil Anda?
May I borrow your car? (permission)
Bolehkah aku meminjam mobilmu?
Strategi 3 – Suggest Formula
How about lending me your car?
Bagaimana kalau meminjamkan saya mobil Anda?
3. Tindak Memohon Tidak Langsung dengan Syarat Orientasi
Kategori III adalah tindakan memohon tidak langsung dengan syarat berorientasi kepada penutur dengan menggunakan strategi mengungkapkan keinginan dan kebutuhan. Selain itu, kategori ini juga dapat dipahami bahwa strategi keinginan dan kebutuhan digunakan ketika pembicara menyampaikan permintaan dengan harapan kepada lawan bicara.
Strategi 4 – Wishes
I would like to borrow your car.
Saya ingin meminjam mobil Anda.
Strategi 5 Desires/Needs
I want/need to borrow your car.
Saya ingin/perlu meminjam mobil Anda.
4. Tindak Memohon Langsung dengan Strategi Menyatakan Kewajiban
Kategori IV adalah tindakan pembelaan langsung yang dapat dilakukan dengan strategi menyatakan kewajiban, secara performatif, baik yang dilindung nilai maupun yang dilindung nilai tidak dan dengan menggunakan frasa imperatif dan elips. Selain itu, dapat dipahami juga bahwa strategi kewajiban dapat dicirikan oleh kebutuhan dan penekanan, sedikit pemaksaan oleh pembicara dalam keadaan darurat atau urgensi. Hal ini dapat dilihat dari strategi performatif. Strategi performatif ditandai dengan perintah yang dituturkan lebih sopan bertujuan agar lawan tutur merasa sungkan dan dipengaruhi dengan tuturan tersebut.
Strategi 6 – Obligation
You must/have to lend me your car.
Anda bisa/harus meminjamkan saya mobil Anda.
Strategi 7 – Performative
I would like to ask you to lend me your car.
Saya ingin meminta Anda untuk meminjamkan saya mobil Anda.
Selain itu, pemakaian strategi tindak tutur direktif didukung pula oleh pemakaian modifikasi baik eksternal maupun internal. Modifikasi internal dapat berupa tingkat pemerlunak (downgraders) dan penguat pengaruh (upgraders).
Modifikasi internal pemerlunak (downgraders) penanda sintaktik yang berupa pertanyaan, bentuk lampau atau negatif, klausa persyaratan, tag question, modal, serta penyisipan tentatif, apresiatif dan subyektif. Modifikasi internal pemerlunak (downgraders) frase/leksikal yang berupa penanda kesantunan, consultative device, understatement, downtoner, pagar (hedge), keraguan, dan penanda antarpribadi. Sementara itu, penguat pengaruh (upgraders) tindak memohon dapat berupa pengintensif adverbial, peningkat komitmen, dan intensifikasi leksikal (Khairunnisa, 2014). Modifikasi eksternal digunakan penutur untuk memengaruhi penutur agar mau melakukan tindak yang diinginkan dan itu dilakukan dengan menggunakan pernyataan pendukung. Modifikasi eksternal tersebut antara lain adalah tindak persiapan (preparation), pemerdaya (dissamers), pemanis (sweeteners), alasan pendukung, pemanipulasian biaya, dan berjanji memberikan ganjaran (Lin & Ho, 2013, hal. 69).
C. Daftar Referensi
- Brown, P. & Levinson, S. C. (1987). Politeness: Some Universals in Language Usage. London: Cambridge University Press.
- Chaer, Abdul. (2010). Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
- Levinson, Stephen C. (1993). Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press.
- Lin, Y. H., & Ho, P. C. (2013). Internal Modification in Apology Realization: A need for a Multi-Leveled Categorization. Chung Hsing Journal of The Humanities, 63-111. Diakses dari ir.lib.nchu.edu.tw
- Sabiah, I., Heriyanto, & Mahdi, S. (2013). Internal Modification of Requests Strategies in the Movie of the Big Bang Theory: A Pragmatic Study. The International Journal of Social Sciences, 16(1), 69-90. Diakses dari www.tijoss.com
- Yule, George. (1996). Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.