Keterampilan membaca merupakan kegiatan yang reseptif, yang merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Menurut Nurgiyantoro (2008), kegiatan membaca diperlukan pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan.
A. Konsep Dasar Tes Keterampilan Membaca
Keterampilan membaca merupakan kegiatan yang reseptif, yang merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Menurut Nurgiyantoro (2008), kegiatan membaca diperlukan pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan. Dalam dunia pendidikan, kegiatan membaca biasanya digunakan sebagai teknik untuk memperoleh informasi dan memperkuat pengetahuan dari teori. Oleh karena itu, membaca memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Tes keterampilan membaca yang dilakukan di sekolah harus akurat dan menyesuaikan dengan standar yang ada. Pedoman evaluasi saat ini didasarkan pada SKKD semua jenjang sekolah mulai dari SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Penilaiannya juga harus berbeda, jangan sampai membingungkan kemampuan membaca siswa SD dan SMP. Syihabuddin menjelaskan (2008), untuk mengetahui kemajuan belajar dan penguasaan siswa terhadap materi tersebut, guru akan mengukur hasil belajar. Fokus evaluasi ada pada siswa dan kinerja mental yang dituntut oleh siswa. Pengukuran yang dilakukan oleh guru harus benar-benar objektif, agar tidak merugikan siswa. Penilaian keterampilan membaca tidak hanya bersumber dari faktor kognitif, tetapi juga faktor emosional dan psikomotorik.
Untuk melakukan uji keterampilan membaca, hendaknya seorang guru mengetahui jenis-jenis membaca terlebih dahulu agar materi yang akan diujikan betul-betul sesuai dengan apa yang diharapkan. Tes membaca merupakan tes keterampilan bahasa yang terintegratif. Dikatakan demikian karena tes ini memadukan sejumlah komponen yang dijadikan sasaran tes. Komponen tersebut meliputi isi bacaan, bahasa bacaan, dan komposisi bacaan (Syihabuddin: 2008:232). Bentuk-bentuk ujian yang dapat diteskan, yaitu (1) menentukan makna kata yang dibaca, (2) menentukan makna kata di dalam konteks kalimat, (3) memilih kalimat yang benar di antara beberapa kalimat, (4) menentukan inti dari isi (arti) sebuah kalimat, (5) menangkap ide pokok dari suatu paragraf, (6) menangkap beberapa pokok dari suatu wacana (prosa atau puisi), dan (7) menarik kesimpulan dari suatu wacana (prosa atau puisi).
B. Tingkatan Tes Keterampilan Membaca
Fokus tes kemampuan membaca adalah kemampuan memahami informasi yang terkandung dalam tuturan. Kegiatan ini memahami informasi itu sendiri sebagai aktivitas kognitif yang dapat diselesaikan atau dilakukan secara bertahap, karena bidang kognitif yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom meliputi: 1. Tingkat memori (C1); 2. Tingkat Pemahaman (C2); 3. Tingkat penerapan (C3); 4. Tingkat analisis (C4); 5. Tingkat sintetis (C5); dan 6. Tingkat evaluasi (C6). Berikut ini akan dibahas dan menggambarkan tingkat tes kognitif yang disebutkan dalam tes kemampuan membaca.
1. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Memori
Tes kemampuan membaca pada tingkat memori (C1) hanya mengharuskan siswa melafalkan fakta, definisi atau konsep yang terdapat dalam tes ujaran. Karena fakta, definisi atau konsep yang terkandung dalam wacana dapat ditemukan dan dibaca berkali-kali. Intinya, tes tingkat memori hanya melibatkan pengenalan, menemukan fakta dalam ucapan dan mentransfernya ke lembar jawaban yang diminta.
2. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Pemahaman
Tes kemampuan membaca tingkat pemahaman (C2) menuntut siswa untuk dapat memahami teks yang dibacanya. Pemahaman tersebut juga ditujukan untuk memahami isi bacaan, menemukan hubungan antar benda, dan sebagainya. Soal tes kemampuan membaca untuk tingkat pemahaman ini tergolong tidak sulit, walaupun lebih tinggi dari kemampuan daya ingat, tetapi masih pada tingkat aktivitas kognitif sederhana. Persiapan ujian hendaknya tidak hanya dengan mengutip kalimat-kalimat dalam konteks kata demi kata, tetapi dengan parafrase. Oleh karena itu, siswa tidak hanya mengenali dan mencocokkan teks jawaban, siswa juga dituntut untuk dapat memahaminya. Kemampuan siswa dalam memahami dengan benar dan memilih tafsir merupakan bukti bahwa siswa dapat memahami bacaan yang diujikan.
3. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Penerapan
Tes tingkat penerapan (C3) menuntut siswa untuk dapat mengaplikasikan pemahamannya pada situasi atau hal terkait lainnya. Hal yang sama berlaku untuk tes kemampuan membaca. Mahasiswa dituntut mampu menerapkan atau memberikan contoh baru, seperti contoh konsep, pemahaman atau pendapat yang ditunjukan dalam wacana. Kemampuan siswa dalam memberikan contoh, demonstrasi, atau hal serupa lainnya membuktikan bahwa siswa telah memahami apa yang sedang dibahas. Untuk mengukur apakah siswa benar-benar memahami konsep berbeda dari konsep pemungutan, interferensi dan transfer, kita dapat menanyakan beberapa pertanyaan yang dapat diterapkan nantinya.
4. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Analisis
Tes kemampuan membaca pada tingkat analitik (C4) menuntut siswa untuk dapat menganalisis informasi tertentu dalam tuturan, mengidentifikasi, mengidentifikasi atau membedakan pesan atau informasi, dll. Aktivitas kognitif yang diperlukan untuk tugas ini lebih dari sekadar memahami isi ucapan. Pemahaman yang dibutuhkan adalah pemahaman yang lebih ketat, pemahaman yang lebih rinci tentang bagian-bagian yang lebih spesifik. Kemampuan memahami wacana pada tataran analitik meliputi penentuan gagasan pokok dan gagasan penjelas dalam suatu paragraf, menentukan kalimat yang memuat gagasan pokok, jenis paragraf berdasarkan posisi kalimat pokok, kemampuan menunjukkan tanda hubung antar paragraf, dan seterusnya.
5. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Sintetis
Tes kemampuan membaca tingkat sintetis atau komprehensif (C5) menuntut siswa untuk dapat menjalin hubungan atau generalisasi antara hal, konsep, pertanyaan atau pendapat yang terkandung dalam wacana. Tingkat aktivitas yang komprehensif ini berupa aktivitas yang menghasilkan pertukaran baru, memprediksi dan menyelesaikan masalah. Aktivitas kognitif pada level sintetis adalah aktivitas kompleks level tinggi. Tes yang disediakan juga membutuhkan tugas kognitif yang tidak sederhana, sehingga tidak setiap siswa dapat berpikir atau mengerjakan dengan baik.
Tingkat komprehensif kerja kognitif menunjukkan cara dan proses berpikir siswa. Oleh karena itu berbeda dengan tes kognitif level sebelumnya, pada tes level komprehensif mungkin terdapat variasi jawaban siswa yang berbeda-beda. Tes ini untuk melatih dan mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dan mencari solusi dari masalah logika.
6. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Evaluasi
Tes kemampuan membaca pada tingkat evaluasi atau penilaian (C6) mengharuskan siswa untuk memberikan penilaian terkait tuturan yang mereka baca, baik yang melibatkan isi atau pertanyaan maupun gaya naratif dari tuturan itu sendiri. Misalnya, evaluasi isi wacana adalah mengevaluasi gagasan, konsep, cara pemecahan masalah, bahkan cara menemukan dan mengevaluasi cara memecahkan masalah. Tes level ini sangat cocok untuk melatih dan mengukur pemikiran dan proses siswa. Oleh karena itu, tes komposisi yang memungkinkan siswa berpikir dan bernalar secara kreatif lebih tepat daripada tes objektif. Tes komposisi tingkat penilaian memungkinkan siswa untuk secara kreatif menunjukkan kemampuan berpikir dan bernalar, dan jawabannya dapat bervariasi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu kelas. Artinya, tidak hanya satu jawaban tertentu yang benar, tetapi beberapa jawaban berbeda yang benar karena dapat diartikan sebagai jawaban yang sama.
C. Komponen atau Aspek dalam Tes Keterampilan Membaca
Harris (1977:59) dan Hiram (1973:84) mengajukan beberapa aspek pengujian kemampuan membaca, antara lain:
- Aspek pertama, yaitu bahasa dan simbol tertulis. Aspek ini termasuk kemampuan memahami kata-kata yang digunakan dalam tulisan biasa dan kemampuan memahami istilah-istilah tertulis yang jarang digunakan dalam tulisan biasa dan menggunakan makna khusus yang terdapat dalam bahan bacaan. Mampu memahami pola kalimat dan bentuk kata yang sulit ditemukan dalam tuturan jangka panjang, namun sulit ditemukan pada karya resmi. Kemampuan menjelaskan simbol atau lambang yang digunakan dalam menulis, seperti catatan bacaan, huruf kapital, penulisan paragraf, huruf miring, dan tampilan tebal untuk memperjelas makna yang terkandung dalam bacaan.
- Aspek kedua adalah pemikiran, meliputi: kemampuan mengenali maksud penulis dan pokok pikiran dalam membaca, kemampuan memahami pikiran yang mendukung pemikiran utama dalam membaca, kemampuan menarik kesimpulan dan membuat kesimpulan yang benar tentang isi bacaan.
- Nada dan gaya merupakan aspek ketiga, yang meliputi: mampu mengenali sikap pengarang terhadap pertanyaan yang diajukan, sikap pengarang terhadap pembaca, dan kemampuan memahami nada tulisan berdasarkan bacaan; mampu mengenali keterampilan pengarang dalam menyampaikan ide dalam gaya membaca dan menulis.
Sejalan dengan Harris, Smith (1973: 231-4) percaya bahwa kegiatan membaca pemahaman dapat diukur oleh siswa dan kemampuan mereka untuk menafsirkan makna dengan jelas diberikan dalam kata-kata. Secara rinci aspek evaluasi meliputi: (a) pemahaman literal, (b) pemahaman inferensial, dan (c) pemahaman rinci. Aspek-aspek yang dikemukakan oleh kedua ahli tersebut masih harus disesuaikan dengan materi tes dan tolok ukur evaluasi agar sesuai dengan jenjang pendidikan, karena pemahaman siswa SMP dan SMA akan berbeda, terutama bagi siswa, tentunya semua itu mengacu pada Pedoman SKKD kursus yang tertera.
D. Model Soal Tes Keterampilan Membaca
Tes keterampilan membaca dapat diselesaikan dengan berbagai cara, termasuk tes melengkapi wacana, menjawab pertanyaan, dan meringkas isi bacaan. Shihabuddin (2008: 242-243). Teknik Penyempurnaan Teks atau Silang merupakan salah satu bentuk tes membaca yang menyajikan teks di mana bagian-bagian kata tertentu dihilangkan. Kata-kata yang dihilangkan dapat diselesaikan dengan menghilangkan kata-kata atau kata-kata tertentu dengan spasi yang sama. Kata yang dihilangkan akan diganti dengan titik. Tugas siswa adalah mengisi kekosongan atau titik dengan kata-kata yang menurutnya paling tepat. Format tes untuk menjawab soal adalah format tes membaca yang menyajikan keseluruhan teks. Panjang dan pendeknya tuturan akan disesuaikan dengan kemampuan dan pemahaman.
Siswa menjawab pertanyaan dari apa yang diucapkan. Format tes yang disajikan dapat berupa pilihan ganda atau format deskriptif. Formulir tes yang merangkum isi bacaan merupakan bentuk tes membaca yang menuntut siswa untuk membaca kata-kata dengan lengkap. Selain itu, siswa merangkum kembali bacaan mereka. Bentuk tes lain dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas guru dalam memberikan tes kepada siswa. Harus diingat bahwa membaca bukanlah ilmu, melainkan keterampilan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa harus dibiasakan untuk membaca.
E. Daftar Referensi
- Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran.
- Astiti, K. A. (2017). Evaluasi Pembelajaran. Penerbit Andi.
- Mulyani, M. (2011). Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman dengan Model Word Square Siswa Kelas III SD Negeri Harjowinangun 1 Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012 (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).